Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Asam Amino dan Protein
Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Asam Amino dan Protein
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Poedjiadi, 1994).
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada telur, tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum membagi sumber protein yaitu protein dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya (Ridwan, 1990).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
3. Membuktikan adanya asam amino bebas dari protein.
4. Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenil alanin yang terdapat dalam protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam-asam amino hasil hidrolisis protein dapat dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan kromatografi penukar ion. Tiga macam penyangga pH tinggi dipakai untuk mengelusi asam amino pada kolom kromatografi. Urutan pengelusian tergantung pada muatan asam amino . Asam amino basa( lisin, histidin, arginine) paling kuat mengikat muatan negative resin penukar ion. Teknik ini memungkinkan penentuan asam amino apa saja yang terdapat dalam protein tertentu. Kelimpahan relative asam-asam amino juga bisa ditentukan dengan mengukur konsentrasi tiap asam amino. Senyawa ninhidrin bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative tiap asam amino dapat ditentukan (Ngili, 2001).
Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen yang ada pada struktur alami protein tetapi tidak memutus ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida (Poedjiadi, 1994)
Protein ialah polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam amino (amino acid) yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amina (atau peptida). Jaring laba-laba, bulu hewan dan otot, putih telur, dan hemoglobin (molekul yang mengangkut oksigen dalam tubuh ke tempat yanag memerlukan) ialah protein. Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memainkan peran penting dalam banyak proses biologis. Contohnya, peptide hormone insulin mengatur kadar gula darah, bradikinin mengatur tekanan darah, dan oksitosin meregulasi kontraksi uterus dan laktasi. Jadi, protein, pepetida, dan asam amino merupakan bahan yang penting bagi struktur, fungsi, dan reproduksi makhluk hidup (Haryanto, 2004).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein (Girindra, 1986).
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1997).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan NaOH 10%
Penjepit tabung reaksi Larutan CuSO4 0,5%
Rak tabung reaksi Pereaksi Ninhidrin 0,1%
Cawan porselen HNO3
Gelas obyek Pereaksi Milon
Alat pemanas Pb-asetat 5%
Pipet tetes HCl pekat
Sikat tabung reaksi Sampel (albumin telur,
Labu ukur kasein, ekstrak daging,
ekstrak kacang hijau)
3.2 Cara Kerja
A. Uji adanya unsur C, H dan O
1. Memasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin.
2. Meletakkan kaca obyek diatasnya, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan adanya pengembunan pada gelas obyek, yang menunjukkan adanya Hidrogen (H) dan Oksigen (O).
4. Mengambil gelas obyek, lalu mengamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti mengandung unsur Nitrogen (N).
5. Bila terjadi pengarangan, berarti ada atom karbon (C).
6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
B. Uji adanya Atom N
1. Memasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam taung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan bau amonia yang terjadi dan mengujinya dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades.
4. Terbentuknya bau amonia dan kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru menunjukkan adanya N.
5. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
C. Uji adanya Atom S
1. Memasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Menambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%.
4. Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk. Kemudian menambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati.
5. Memperhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.
6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
D. Uji Biuret
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%.
3. Menyampurkan dengan baik.
4. Mengamati perubahan yang terjadi.
E. Uji Ninhidrin
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin.
3. Kemudian dipanaskan diatas penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
F. Uji Xantoprotein
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Memperhatikan adanya endapan putih yang terbentuk.
3. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan mengamati terbentuknya warna kuning.
4. Selanjutnya di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan NaOH 10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
5. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada perbatasan antara protein dan NaOH terbentuk warna jingga.
G. Uji Milon
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml pereaksi Milon.
3. Kemudian memanaskan campuran ini, memungkinkan terbentuk endapan kuning.
4. Selanjutnya di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1%.
5. Memanaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum Identifikasi Asam Amino dan Protein ini, dilakukan beberapa uji terhadap sampel antara lain ialah uji adanya unsur C, H dan O, uji adanya atom N, uji adanya atom S, uji Biuret, uji Ninhidrin, uji Xantoprotein, dan uji Milon. Adapun sampel yang digunakan yaitu albumin telur/putih telur, kasein/susu, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau. Masing-masing sampel kami perlakukan sesuai dengan uji yang dilakukan.
Pada uji unsur C, H dan O, sampel albumin telur, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau mengalami pengembunan dan pengarangan yang menandakan adanya unsur H, O dan C. Serta sampel albumin telur, kasein dan ekstrak daging menghasilkan bau seperti rambut terbakar pada saat proses pemanasan yang menandakan adanya unsur N.
Pada uji atom N, albumin telur, kasein dan ekstrak kacang hijau menghasilkan positif mengandung atom N dengan di uji bau amoniaknya dan uji menggunakan kertas lakmus merah. Sedangkan ekstrak daging menunjukkan hasil negatif.
Pada uji atom S, kami mendapati sampel kasein dan ekstrak kacang hijau menunjukkan hasil terbentuknya PbS dan positif adanya bau belerang yang manunjukkan adanya atom S. Sedangkan albumin telur negatif keduanya.
Pada uji Biuret, hasilnya ialah adanya perubahan warna menjadi ungu pada sampel albumin telur dan kasein yang menunjukkan prositif polipeptida. Sedangkan pada sampel ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau tidak terjadi perubahan warna sehingga negatif polipeptidanya.
Pada uji Ninhidrin, hanya sampel kasein yang menunjukkan perubahan warna biru yang artinya positif. Sedangkan sampel lainnya menunjukkan hasil negatif. Pada uji Xantoprotein, keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya pembatas berwarna jingga antara protein dan NaOH.
Pada uji Milon, sama seperti uji Xantoprotein keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna merah.
Kami membandingkan hasil uji dengan beberapa sumber literatur yaitu : dalam literatur dinyatakan bahwa protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun (Poedjiadi, 1994).
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari protein (Routh, 1969).
Literatur menyatakan bahwa senyawa ninhidrin bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative tiap asam amino dapat ditentukan (Ngili, 2001).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Unsur utama penyusun protein terdiri atas C, H dan O. Beberapa protein juga mengandung unsur N dan S.
2. Molekul-molekul peptida dari protein dapat terlihat pada uji Biuret.
3. Uji Nihidrin membuktikan adanya asam amino yang terkandung di dalam protein.
4. Uji Xantoprotein membuktikan adanya asam amin tirosin, triptofan atau fenil alanin dalam protein.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan penyampaian informasi atas cara menggunakan alat atau pun proses praktikum dapat disampakan secara baik oleh pembimbing kepada praktikan agar tidak terjadi apapun hal-hal yang tidak diinginkan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asam amino alfa dan ikatan peptida!
2. Jelaskan perbedaan antara polipeptida dan protein!
3. Apakah reaksi Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatis?
4. Tulis klasifikasi asam amino beserta anggotanya!
JAWABAN :
1. Asam amino alfa adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Ikatan Peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
2. - Polipeptida merupakan rangkaian asam amino. Polipeptida dibentuk
menjadi protein structural dan fungsional sel.
- Protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi
sebagai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dan
lain-lain.
3. Iya, apabila sampel tersebut mengandung asam α-amino bebas yang akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
4. Klasifikasi asam amino :
Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis
didalam tubuh, tetapi diperoleh dari luar misalnya melalui makanan( lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain.
Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai
samping (gugus –R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian struktur asam amino).
Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
· Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar) : Serin, Treonin, Tirosin.
· Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) : Sistein dan metionin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya(gugus R bermuatan negative) : Asam aspartat, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif): Arginin, lisin, Histidin yang mengandung cincin aromatic : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan Asam amino : Prolin.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Haryanto.2004. Penuntun Praktikum Biokimia. Samarinda : Program
Studi Teknologi Hasil Pertanian. Fakutas Pertanian. Universitas
Mulawarman.
Ngili.2001. Acuan Pelajaran Kimia SMU. Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Ridwan, S. 1990. Kimia Organik edisi I. Jakarta : Binarupa Aksara
Routh, J.I, 1969, ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY,
Philadelphia : W.B.Sounders Company
Winarno, F, G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-identifikasi-asam.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein (protos yang berarti ”paling utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Poedjiadi, 1994).
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada telur, tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum membagi sumber protein yaitu protein dari sumber nabati dan hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan hal-hal yang berkaitan dengannya (Ridwan, 1990).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein.
3. Membuktikan adanya asam amino bebas dari protein.
4. Membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenil alanin yang terdapat dalam protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam-asam amino hasil hidrolisis protein dapat dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan kromatografi penukar ion. Tiga macam penyangga pH tinggi dipakai untuk mengelusi asam amino pada kolom kromatografi. Urutan pengelusian tergantung pada muatan asam amino . Asam amino basa( lisin, histidin, arginine) paling kuat mengikat muatan negative resin penukar ion. Teknik ini memungkinkan penentuan asam amino apa saja yang terdapat dalam protein tertentu. Kelimpahan relative asam-asam amino juga bisa ditentukan dengan mengukur konsentrasi tiap asam amino. Senyawa ninhidrin bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative tiap asam amino dapat ditentukan (Ngili, 2001).
Protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen yang ada pada struktur alami protein tetapi tidak memutus ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida (Poedjiadi, 1994)
Protein ialah polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam amino (amino acid) yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amina (atau peptida). Jaring laba-laba, bulu hewan dan otot, putih telur, dan hemoglobin (molekul yang mengangkut oksigen dalam tubuh ke tempat yanag memerlukan) ialah protein. Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memainkan peran penting dalam banyak proses biologis. Contohnya, peptide hormone insulin mengatur kadar gula darah, bradikinin mengatur tekanan darah, dan oksitosin meregulasi kontraksi uterus dan laktasi. Jadi, protein, pepetida, dan asam amino merupakan bahan yang penting bagi struktur, fungsi, dan reproduksi makhluk hidup (Haryanto, 2004).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein (Girindra, 1986).
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1997).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan NaOH 10%
Penjepit tabung reaksi Larutan CuSO4 0,5%
Rak tabung reaksi Pereaksi Ninhidrin 0,1%
Cawan porselen HNO3
Gelas obyek Pereaksi Milon
Alat pemanas Pb-asetat 5%
Pipet tetes HCl pekat
Sikat tabung reaksi Sampel (albumin telur,
Labu ukur kasein, ekstrak daging,
ekstrak kacang hijau)
3.2 Cara Kerja
A. Uji adanya unsur C, H dan O
1. Memasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin.
2. Meletakkan kaca obyek diatasnya, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan adanya pengembunan pada gelas obyek, yang menunjukkan adanya Hidrogen (H) dan Oksigen (O).
4. Mengambil gelas obyek, lalu mengamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti mengandung unsur Nitrogen (N).
5. Bila terjadi pengarangan, berarti ada atom karbon (C).
6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
B. Uji adanya Atom N
1. Memasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam taung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan bau amonia yang terjadi dan mengujinya dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi aquades.
4. Terbentuknya bau amonia dan kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru menunjukkan adanya N.
5. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
C. Uji adanya Atom S
1. Memasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Menambahkan 4 tetes larutan Pb-asetat 5%.
4. Bila larutan menghitam, berarti PbS terbentuk. Kemudian menambahkan 4 tetes HCl pekat dengan hati-hati.
5. Memperhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.
6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.
D. Uji Biuret
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%.
3. Menyampurkan dengan baik.
4. Mengamati perubahan yang terjadi.
E. Uji Ninhidrin
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin.
3. Kemudian dipanaskan diatas penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
4. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
F. Uji Xantoprotein
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Memperhatikan adanya endapan putih yang terbentuk.
3. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan mengamati terbentuknya warna kuning.
4. Selanjutnya di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan NaOH 10% setetes demi setetes melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
5. Memperhatikan perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada perbatasan antara protein dan NaOH terbentuk warna jingga.
G. Uji Milon
1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan pada setiap tabung 1 ml pereaksi Milon.
3. Kemudian memanaskan campuran ini, memungkinkan terbentuk endapan kuning.
4. Selanjutnya di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1%.
5. Memanaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Uji adanya unsur C, H dan O
No
|
Zat Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
| ||
Pengambunan
(H dan O)
|
Pengarangan
(C)
|
Bau Rambut
Terbakar (N)
| ||
1.
|
Albumin telur
|
+
|
+
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
+
|
+
|
-
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
+
|
+
|
+
|
B. Uji adanya Atom N
No
|
Zat Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
| |
Bau Amoniak (N)
|
Kertas Lakmus Merah (N)
| ||
1.
|
Albumin telur
|
+
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
+
|
+
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
-
|
-
|
C. Uji adanya Atom S
No
|
Zat Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
| |
PbS
|
Belerang (S)
| ||
1.
|
Albumin telur
|
-
|
-
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Warna coklat kental
|
+
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
D. Uji Biuret
No
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Biuret
|
Polipeptida (+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Berubah warna menjadi ungu
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Tidak ada perubahan warna
|
-
|
3.
|
Kasein
|
Berubah warna menjadi ungu
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Tidak ada perubahan warna
|
-
|
E. Uji Ninhidrin
No
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Ninhidrin
|
Asam Amino Bebas (+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Berubah warna menjadi pink
|
-
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Negative (warna coklat)
|
-
|
3.
|
Kasein
|
Berubah warna menjadi biru
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Coklat menjadi ungu
|
-
|
F. Uji Xantoprotein
No
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Xantoprotein
|
Tirosin/triptofan/fenil alanin (+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Terjadi endapan kuning dansetelah ditetesi NaOH menjadi jingga
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Terbentuk endapan dan adanya pembatas berwarna jingga
|
+
|
3.
|
Kasein
|
Warna kuning pada lapisan atas dan bening pada lapisan bawah
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Terjadi endapan dan berwarna jingga
|
+
|
G. Uji Milon
No
|
Zat Uji
|
Hasil Uji Milon
|
Tirosin/triptofan
(+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Dari warna putih menjadi putih kental, berubah menjadi merah dan terbentuk endapan
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Larutan menjadi merah tetapi tidak terdapat endapan bening
|
+
|
3.
|
Kasein
|
Terjadi pengendapan, warna berubah menjadi merah
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Ada endapan warna kuning, ditambah 1 tetes NaOH menjadi warna merah
|
+
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum Identifikasi Asam Amino dan Protein ini, dilakukan beberapa uji terhadap sampel antara lain ialah uji adanya unsur C, H dan O, uji adanya atom N, uji adanya atom S, uji Biuret, uji Ninhidrin, uji Xantoprotein, dan uji Milon. Adapun sampel yang digunakan yaitu albumin telur/putih telur, kasein/susu, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau. Masing-masing sampel kami perlakukan sesuai dengan uji yang dilakukan.
Pada uji unsur C, H dan O, sampel albumin telur, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau mengalami pengembunan dan pengarangan yang menandakan adanya unsur H, O dan C. Serta sampel albumin telur, kasein dan ekstrak daging menghasilkan bau seperti rambut terbakar pada saat proses pemanasan yang menandakan adanya unsur N.
Pada uji atom N, albumin telur, kasein dan ekstrak kacang hijau menghasilkan positif mengandung atom N dengan di uji bau amoniaknya dan uji menggunakan kertas lakmus merah. Sedangkan ekstrak daging menunjukkan hasil negatif.
Pada uji atom S, kami mendapati sampel kasein dan ekstrak kacang hijau menunjukkan hasil terbentuknya PbS dan positif adanya bau belerang yang manunjukkan adanya atom S. Sedangkan albumin telur negatif keduanya.
Pada uji Biuret, hasilnya ialah adanya perubahan warna menjadi ungu pada sampel albumin telur dan kasein yang menunjukkan prositif polipeptida. Sedangkan pada sampel ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau tidak terjadi perubahan warna sehingga negatif polipeptidanya.
Pada uji Ninhidrin, hanya sampel kasein yang menunjukkan perubahan warna biru yang artinya positif. Sedangkan sampel lainnya menunjukkan hasil negatif. Pada uji Xantoprotein, keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya pembatas berwarna jingga antara protein dan NaOH.
Pada uji Milon, sama seperti uji Xantoprotein keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna merah.
Kami membandingkan hasil uji dengan beberapa sumber literatur yaitu : dalam literatur dinyatakan bahwa protein telur mengalami denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun (Poedjiadi, 1994).
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari protein (Routh, 1969).
Literatur menyatakan bahwa senyawa ninhidrin bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative tiap asam amino dapat ditentukan (Ngili, 2001).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Unsur utama penyusun protein terdiri atas C, H dan O. Beberapa protein juga mengandung unsur N dan S.
2. Molekul-molekul peptida dari protein dapat terlihat pada uji Biuret.
3. Uji Nihidrin membuktikan adanya asam amino yang terkandung di dalam protein.
4. Uji Xantoprotein membuktikan adanya asam amin tirosin, triptofan atau fenil alanin dalam protein.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan penyampaian informasi atas cara menggunakan alat atau pun proses praktikum dapat disampakan secara baik oleh pembimbing kepada praktikan agar tidak terjadi apapun hal-hal yang tidak diinginkan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asam amino alfa dan ikatan peptida!
2. Jelaskan perbedaan antara polipeptida dan protein!
3. Apakah reaksi Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatis?
4. Tulis klasifikasi asam amino beserta anggotanya!
JAWABAN :
1. Asam amino alfa adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Ikatan Peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
2. - Polipeptida merupakan rangkaian asam amino. Polipeptida dibentuk
menjadi protein structural dan fungsional sel.
- Protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi
sebagai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dan
lain-lain.
3. Iya, apabila sampel tersebut mengandung asam α-amino bebas yang akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
4. Klasifikasi asam amino :
Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis
didalam tubuh, tetapi diperoleh dari luar misalnya melalui makanan( lisin, leusin, isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disintesis didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain.
Klasifikasi asam amino dapat dilakukan berdasarkan rantai
samping (gugus –R) dan sifat kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada bagian struktur asam amino).
Berdasarkan rantai sampingnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
· Dengan rantai samping alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar) : Serin, Treonin, Tirosin.
· Dengan rantai samping yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) : Sistein dan metionin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amidanya(gugus R bermuatan negative) : Asam aspartat, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.
· Dengan rantai samping yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif): Arginin, lisin, Histidin yang mengandung cincin aromatic : Histidin, Fenilalanin, Tirosin, Triptofan Asam amino : Prolin.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Haryanto.2004. Penuntun Praktikum Biokimia. Samarinda : Program
Studi Teknologi Hasil Pertanian. Fakutas Pertanian. Universitas
Mulawarman.
Ngili.2001. Acuan Pelajaran Kimia SMU. Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Ridwan, S. 1990. Kimia Organik edisi I. Jakarta : Binarupa Aksara
Routh, J.I, 1969, ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY,
Philadelphia : W.B.Sounders Company
Winarno, F, G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-identifikasi-asam.html
0 Response to "Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Asam Amino dan Protein"
Post a Comment