Laporan Praktikum Biokimia Uji Aktivitas Enzim
Laporan Praktikum Biokimia Uji Aktivitas Enzim
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2. Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim.
3. Mengetahui pangaruh konsentrasi enzimterhadap perombakan substrat.
4. Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis substrat yang dikatalisis. Misalnya, amilum terhidrolisisi menjadi maltosa atau glukosa. Hasil hidrolisis dapat dibuktikan dengan uji Benedict. Bila positif, berarti amilum terhidrolisis, sehingga dapat diasumsikan enzim memiliki aktivitas tinggi. Sebaliknya, bila hasilnya negatif, berarti amilum tidak terhidrolisis karena enzim tidak aktif atau mengalami penurunan aktivitas (Yazid, 2006).
Enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung logam.Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuanyang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin) (Kartasapoetra, 1994).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim (Soewoto Hafiz, 2000).
Pengaruh suhu terhadap enzim. Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim, maka jika struktur ini terganggu aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein juga berlaku untuk protein-protein enzim dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu. Jika dipanaskan sehingga kurang lebih di atas 500C. Kebanyakan, tetapi tidak semua enzim akan terdenaturasi. Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah yang penting rusak akibat meningkatnya getaran termal komponen atau atom-atomnya, suatu fenomena yang merusak struktur tiga dimensi. Pada kondisi yang tidak menyebabkan denaturasi, kebanyakan enzim menunjukkan adanya suhu optimum dengan keadaan lainnya sama untuk mencapai aktivitas optimal (Montgomery et al,1983).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan amilum 2%
Penjepit tabung reaksi Enzim amylase (saliva)
Rak tabung reaksi Larutan iodium
Pipet ukur Pereaksi Benedict
Gelas kimia Larutan HCl 0,4%, pH = 1
Spritus
3.2 Cara Kerja
A. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyediakan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi tabung 1 dengan 2 ml larutan HCl 0,4%; tabung ke 2 dengan 2 ml aquades, tabung ke 3 dengan 2 ml Na2CO3 0,5%.
2. Kedalam tiap tabung menambahkan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amilase.
3. Mencampurkan sampai homogen, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
B. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada tabung 1,2 dan 3 berturut-turut diisi dengan enzim amilase 0,5 ml; 1,0 ml dan 1,5 ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan larutan amilum 2 ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
C. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyiapkan 4 tabung reaksi yanng bersih, kemudian diisi berturut-turut dengan larutan amilum 1 ml; 2 ml; 4 ml dan 6 ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan enzim amilase 1 ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
Kesimpulan
Larutan amilum dicampur amilase berubah warna menjadi putih susu.
Uji iodium : awalnya bening ditetesi iodium berwarna kuning beberapa saat
berubah menjadi bening, kecepatan perubahan sesuai dengan banyaknya konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim amilase.
Uji benedict : tidak ada perubahan warna / tidak terdapat endapan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim ini, bertujuan agar praktikan dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, mampu membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim, mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai kasalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Pada percobaan ini menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, gelas kimia dan spirtus sedangkan bahan yaitu larutan amilum 2%, enzim amilase (saliva), larutan iodium, pereaksi benedict dan larutan HCl 0,4%.
Pada pengaruh pH terhadapa aktivitas enzim, digunakan 3 buah tabung reaksi, dimana pada 3 tabung reaksi dilakukan pengisian tabung reaksi pertama diisi 2 ml larutan HCl 0,4%, tabung reaksi kedua diisi 2 ml aquadest, tabung reaksi ketiga diisi Na2CO3 0,5% dan penambahan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amilase pada ketiga tabung reaksi yang kemudian dilakukan pencampuran agar homogen. Setelah dilakuan pencampuran maka dibiarkan selama 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada HCl pH 1dihasilkan warna kuning pucat pada ujiiodium dan hasil positif pada uji benedict. Pada aquades pH 7 dihasilkan warna kuning pucat pula pada uji iodium serta hasil positif juga pada uji benedict. Pada Na2CO3 pH 9 didapatkan hasil warna bening pada uji iodium dan hasil positif pada uji benedict. Literatur yang membenarkan hal ini yaitu enzim bekerja pada kisaran pH tertentu, jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim dimana 3 tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml enzim amilase pada tabung pertama, 1,0 ml enzim amilase pada tabung kedua, 1,5 ml enzim amilase pada tabung ketiga dan penambahan larutan amilum 2 ml pada ketiga tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang sama di semua percobaannya ialah larutan yang awalnya keruh berubah menjadi bening setelah di tambahkan iodium dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang hal ini yaitu peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim digunakan 4 buah tabung reaksi yang dimasukkan 1 ml larutan amilum pada tabung pertama, 2 ml larutan amilum pada tabung kedua, 4 ml larutan amilum pada tabung ketiga, 6 ml larutan amilum pada tabung keempat dan penambahan enzim amilase 1 ml pada setiap tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang sama pada semua percobaannya yaitu warna iodium kuning berubah menjadi bening setelah dicampur sampel dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang hal ini yaitu pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V) (Winarno, F.G. 2002).
Hasil yang di dapat pada praktikum ini tidak sesuai dengan literatur yang telah ada. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu reaksi kimia menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. Keasaman / pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji iodium dan uji Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3. Dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dapat dilihat seperti pada katalis, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktifitas enzim dapat dilihat dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan yang diperlukan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN :
1. Jelaskan kegunaan uji iodium dan Benedict dalam percobaan ini.
2. Apakah suhu dan pH mempengaruhi aktivitas enzim ? Mengapa ?
3. Pada suhu berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
4. Pada pH berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
5. Pada konsentrasi enzim berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
6. Pada konsentrasi substrat berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
7. Tulis 3 enzim lain yang dapat menghidrolisis karbohidrat, masing- masing dengan sumbernya.
JAWABAN :
1. Kegunaan uji iodium : untuk mengamati perubahan warna yang
terjadi pada setiap uji.
Kegunaan uji Benedict : untuk mengamati dan mengetahui
perubahan warna sekaligus mengetahui
adanya endapan.
2. Sangat berpengaruh karena, pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3. Pada suhu 37-400C, kerena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
4. Pada pH 7, karena pH 7 adalah normal, jadi air liur atau enzim amilase akan teatap asam.
5. Menurut literatur menghasilkan warna hitam kekuningan yang mana menandakan bahwa reaksi optimal.
6. Menurut literatur menghasilkan endapan paling banyak yang menandakan reaksi optimal.
7. 1. Enzim bromelin, sebagai protease bersumber dari tumbuhan yaitu
nanas.
2. Enzim papain, sebagai protease bersumber dari papaya.
3. Enzim lisozom bersumber dari putih telur.
DAFTAR PUSTAKA
Soewoto Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika
Kartasapoetra,a.g, 1994, Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Rineka Cipta
Montgomery, R. R.L Cornay T.W, Spector, A.A.1983. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia PRESS
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-uji_1.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2. Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim.
3. Mengetahui pangaruh konsentrasi enzimterhadap perombakan substrat.
4. Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis substrat yang dikatalisis. Misalnya, amilum terhidrolisisi menjadi maltosa atau glukosa. Hasil hidrolisis dapat dibuktikan dengan uji Benedict. Bila positif, berarti amilum terhidrolisis, sehingga dapat diasumsikan enzim memiliki aktivitas tinggi. Sebaliknya, bila hasilnya negatif, berarti amilum tidak terhidrolisis karena enzim tidak aktif atau mengalami penurunan aktivitas (Yazid, 2006).
Enzim berasal dari kata in + zyme yang berarti sesuatu didalam ragi. Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul – molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga , seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung logam.Apoenzim dan gugus prostetik merupakan suatu kesatuanyang disebut holoenzim, tetapi ada juga bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Contoh koenzim adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2, B6, niasin dan biotin) (Kartasapoetra, 1994).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim. Banyak obat dan racun adalah inhibitor enzim (Soewoto Hafiz, 2000).
Pengaruh suhu terhadap enzim. Karena struktur protein menentukan aktivitas enzim, maka jika struktur ini terganggu aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein juga berlaku untuk protein-protein enzim dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya enzim sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu. Jika dipanaskan sehingga kurang lebih di atas 500C. Kebanyakan, tetapi tidak semua enzim akan terdenaturasi. Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan lemah yang penting rusak akibat meningkatnya getaran termal komponen atau atom-atomnya, suatu fenomena yang merusak struktur tiga dimensi. Pada kondisi yang tidak menyebabkan denaturasi, kebanyakan enzim menunjukkan adanya suhu optimum dengan keadaan lainnya sama untuk mencapai aktivitas optimal (Montgomery et al,1983).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan amilum 2%
Penjepit tabung reaksi Enzim amylase (saliva)
Rak tabung reaksi Larutan iodium
Pipet ukur Pereaksi Benedict
Gelas kimia Larutan HCl 0,4%, pH = 1
Spritus
3.2 Cara Kerja
A. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyediakan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian mengisi tabung 1 dengan 2 ml larutan HCl 0,4%; tabung ke 2 dengan 2 ml aquades, tabung ke 3 dengan 2 ml Na2CO3 0,5%.
2. Kedalam tiap tabung menambahkan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amilase.
3. Mencampurkan sampai homogen, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
B. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada tabung 1,2 dan 3 berturut-turut diisi dengan enzim amilase 0,5 ml; 1,0 ml dan 1,5 ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan larutan amilum 2 ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
C. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyiapkan 4 tabung reaksi yanng bersih, kemudian diisi berturut-turut dengan larutan amilum 1 ml; 2 ml; 4 ml dan 6 ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan enzim amilase 1 ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama 15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
pH
|
Perubahan Warna
| |
Uji Iodium
|
Uji Benedict
| ||
1
|
1
HCl
|
Warna kuning pucat
|
+
|
2
|
7
Aquades
|
Warna kuning pucat
|
+
|
3
|
9
Na2CO3
|
Bening
|
+
|
B. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
Konsentrasi
Substrat
|
Konsentrasi
Enzim
|
Perubahan Warna
| |
Uji Iodium
|
Uji Benedict
| |||
1
|
Amilum
2 ml
|
Amilase
0,5 ml
|
Larutan yang awalnya keruh berubah menjadi bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
2
|
Amilum
2 ml
|
Amilase 1,0 ml
|
Larutan yang awalnya keruh berubah menjadi bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
3
|
Amilum
2 ml
|
Amilase 1,5 ml
|
Larutan yang awalnya keruh berubah menjadi bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
C. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
Konsentrasi
Substrat
|
Konsentrasi
Enzim
|
Perubahan Warna
| |
Uji Iodium
|
Uji Benedict
| |||
1
|
Amilum
1 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
2
|
Amilum
2 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
3
|
Amilum
4 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
4
|
Amilum
6 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
Kesimpulan
Larutan amilum dicampur amilase berubah warna menjadi putih susu.
Uji iodium : awalnya bening ditetesi iodium berwarna kuning beberapa saat
berubah menjadi bening, kecepatan perubahan sesuai dengan banyaknya konsentrasi substrat dan konsentrasi enzim amilase.
Uji benedict : tidak ada perubahan warna / tidak terdapat endapan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim ini, bertujuan agar praktikan dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, mampu membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim, mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dan mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai kasalisator dan dikenal sebagai biokatalisator. Pada percobaan ini menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, gelas kimia dan spirtus sedangkan bahan yaitu larutan amilum 2%, enzim amilase (saliva), larutan iodium, pereaksi benedict dan larutan HCl 0,4%.
Pada pengaruh pH terhadapa aktivitas enzim, digunakan 3 buah tabung reaksi, dimana pada 3 tabung reaksi dilakukan pengisian tabung reaksi pertama diisi 2 ml larutan HCl 0,4%, tabung reaksi kedua diisi 2 ml aquadest, tabung reaksi ketiga diisi Na2CO3 0,5% dan penambahan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amilase pada ketiga tabung reaksi yang kemudian dilakukan pencampuran agar homogen. Setelah dilakuan pencampuran maka dibiarkan selama 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada HCl pH 1dihasilkan warna kuning pucat pada ujiiodium dan hasil positif pada uji benedict. Pada aquades pH 7 dihasilkan warna kuning pucat pula pada uji iodium serta hasil positif juga pada uji benedict. Pada Na2CO3 pH 9 didapatkan hasil warna bening pada uji iodium dan hasil positif pada uji benedict. Literatur yang membenarkan hal ini yaitu enzim bekerja pada kisaran pH tertentu, jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim dimana 3 tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml enzim amilase pada tabung pertama, 1,0 ml enzim amilase pada tabung kedua, 1,5 ml enzim amilase pada tabung ketiga dan penambahan larutan amilum 2 ml pada ketiga tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang sama di semua percobaannya ialah larutan yang awalnya keruh berubah menjadi bening setelah di tambahkan iodium dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang hal ini yaitu peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat (Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim digunakan 4 buah tabung reaksi yang dimasukkan 1 ml larutan amilum pada tabung pertama, 2 ml larutan amilum pada tabung kedua, 4 ml larutan amilum pada tabung ketiga, 6 ml larutan amilum pada tabung keempat dan penambahan enzim amilase 1 ml pada setiap tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang sama pada semua percobaannya yaitu warna iodium kuning berubah menjadi bening setelah dicampur sampel dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang hal ini yaitu pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan maksimum (V) (Winarno, F.G. 2002).
Hasil yang di dapat pada praktikum ini tidak sesuai dengan literatur yang telah ada. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu dimana pada suhu reaksi kimia menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. Keasaman / pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji iodium dan uji Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3. Dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dapat dilihat seperti pada katalis, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktifitas enzim dapat dilihat dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan yang diperlukan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN :
1. Jelaskan kegunaan uji iodium dan Benedict dalam percobaan ini.
2. Apakah suhu dan pH mempengaruhi aktivitas enzim ? Mengapa ?
3. Pada suhu berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
4. Pada pH berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
5. Pada konsentrasi enzim berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
6. Pada konsentrasi substrat berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
7. Tulis 3 enzim lain yang dapat menghidrolisis karbohidrat, masing- masing dengan sumbernya.
JAWABAN :
1. Kegunaan uji iodium : untuk mengamati perubahan warna yang
terjadi pada setiap uji.
Kegunaan uji Benedict : untuk mengamati dan mengetahui
perubahan warna sekaligus mengetahui
adanya endapan.
2. Sangat berpengaruh karena, pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3. Pada suhu 37-400C, kerena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
4. Pada pH 7, karena pH 7 adalah normal, jadi air liur atau enzim amilase akan teatap asam.
5. Menurut literatur menghasilkan warna hitam kekuningan yang mana menandakan bahwa reaksi optimal.
6. Menurut literatur menghasilkan endapan paling banyak yang menandakan reaksi optimal.
7. 1. Enzim bromelin, sebagai protease bersumber dari tumbuhan yaitu
nanas.
2. Enzim papain, sebagai protease bersumber dari papaya.
3. Enzim lisozom bersumber dari putih telur.
DAFTAR PUSTAKA
Soewoto Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya Medika
Kartasapoetra,a.g, 1994, Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Rineka Cipta
Montgomery, R. R.L Cornay T.W, Spector, A.A.1983. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Poedjiadi, Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia PRESS
Suhtanry, Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama Perguruan Negeri Indonesia Bagian Timur
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia
Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-uji_1.html
0 Response to "Laporan Praktikum Biokimia Uji Aktivitas Enzim"
Post a Comment