Laporan Praktikum Biokimia Hidrolisis Karbohidrat
Laporan Praktikum Biokimia Hidrolisis Karbohidrat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara.Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi (Patong, 2012).
Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati umumnya berbentuk granula dengan diameter beberapa mikron.Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan pada bagian umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati tersebut, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50–60% dan pati yang berasal dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 2002).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
2. Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada dua jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati. Polisakarida non pati merupakan sumber utama serat makananKarbohidrat terbagi menjadi beberapa bagian menurut panjang rantai karbonnya. Monosakarida, disakarida dan polisakarida. Contoh dari monosakarida adalah sukrosa. Sukrosa merupakan produksi akhir asimilasi karbon (C) pada proses fotosintesis yang terjadi di daun dan bentuk karbohidrat yang mudah ditransportasikan ke jaringan simpan atau sink tissues. Selain berfungsi dalam penyediaan energi dan kerangka karbon, sukrosa juga berperan dalam pengaturan ekspresi gen lainnya (Miswar et al, 2007).
Beberapa fungsi karbohidrat antara lain, sebagai sumber energi, melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil energi, membantu metabolisme lemak dan protein untuk mencegah terjadinya pemecahan protein secara berlebih, serta untuk melancarkan pencernaan. Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid (Martoharsono, 1998).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa menyusui (Poedjiadi dkk, 1994).
Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut yang tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin pada umumnya ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksiterutama dalam bentuk glukosa diperoleh dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain dari pati, glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani, 2004).
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan) dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Karbohidrat yang dibangun oleh polihdroksi dan gugus aldehid disebut dengan aldosa, sedangkan yang disusun oleh polihidroksi dan gugus keton dikenal dengan ketosa (Suhartono, 1989).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan Sukrosa 1%
Penjepit tabung reaksi HCl pekat
Rak tabung reaksi Larutan Iodium
Pipet ukur Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi NaOH 2%
Kertas lakmus HCl 2 N
Alat Pemanas Larutan amilum 1%
3.2 Cara Kerja
A. Hidrolisis Sukrosa
1. Memasukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 5 ml HCl pekat.
2. Mencampurkan dengan baik lalu memanaskan dalam penangas air selama 30 menit.
3. Setelah mendinginkan, menetralkan dangan NaOH 2% dan menguji dengan kertas lakmus.
4. Selanjutnya menguji dengan Benedict.
5. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.
B. Hidrolisis Pati
1. Memasukkan kedalam tabung reaksi 5 ml almilum 1%, kemudian menambahkan 2,5 ml HCl.
2. Mencampurkan dengan baik, lalu memanaskan dalam penangas air mendidih.
3. Setelah 3 menit, menguji dengan iodium dengan mengambil 2 tetes larutan menambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4. Melakukan uji iodium selama 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat.
5. Melanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.
6. Setelah mendinginkan ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu menetralkan dengan NaOH 2%. Menguji dengan kertas lakmus.
7. Kemudian menguji dengan Benedict.
8. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Hidrolisis Karbohidrat dengan tujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati). Hidrolisis karbohidrat adalah reaksi kimia yang memecahkan molekul air menjadi kation hidrogen sehingga dapat memecahkan polimer karbohidrat. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, sikat tabung reaksi, kertas lakmus dan alat pemanas sedangkan bahan yaitu larutan sukrosa 1%, HCl pekat, larutan iodium, pereaksi benedict, NaOH 2%, HCl 2 N serta larutan amilum 1%. Pada praktikum ini ada kekurangan pada uji hidrolisis pati dikarenakan bahan laritan iodium habis sehingga ada sebagian percobaan yang tidak bisa dilaksanakan. Praktikan melakukan percobaan dengan berkelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan oleh pembimbing praktikum dimana praktikum ini melakukan 2 (dua) percobaan untuk dapat menjawab tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan hidrolisis sukrosa dimana praktikan memasukkan 5 ml sukrosa 1% kedalam tabung reaksi dan menambahkan 5 ml HCl pekat yang kemudian praktikan mencampur dengan baik supaya larutan homogen sehingga dapat dilakukan pemanasan dalam penangas air selamat 30 menit. Setelah dilakukan pemanasan maka larutan didinginkan dan menetralkan larutan dengan NaOH 2% yang selanjutnya diuji dengan benedict sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji benedict menunjukkan adanya gelembung dan perubahan warna dari yang sebelumnya adalah orange brubah menjadi kuning bening. Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini ternyata tidak sesuai dengan literatur yang telah saya temukan dari (Rukmini, 2008) yang mengatakan gula pereduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam indikator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk dalam gula pereduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa. Perbedaan hasil uji kami dengan pernyataan pada literatur dapat terjadi dikarenakan kemungkinan kesalahan pada saat melakukan percobaan tersebut.
Untuk hasil praktikum hidrolisis pati yaitu dengan mencampur 5 ml amilum 1% dengan 2,5ml HCl kemudian mencampurnya dengan baik, lalu memanaskan kemudian mengujinya setiap 3 menit sampai menit ke-21 dengan Iodium dengan mengambil 2 tetes larutan dan menambahkan 2 tetes Iodium dalam porselin tetes hingga menit ke-21. Dalam percobaan ini kami tidak dapat melakukan uji iodium hingga menit ke-21 dikarenakan bahan larutan iodiumnya habis. Kami hanya bisa melakukan percobaan hingga menit keenam yang menunjukkan hasil uji iodium ialah adanya endapan dan larutan berwarna biru, serta hasil hidrolisisnya ialah kertas lakmus berwarna biru dengan pH kisaran 11 dan larutan menjadi biru bening. Menurut Lehninger (1982) hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan glukosa yang tidak memberi warna dengan iodium. Jadi, hasil praktikum yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori, kemungkinan besar perbedaan ini terjadi karena berbedanya jenis pati yang digunakan dan kemungkinan ada kesalahan dalam penentuan warna.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Identifikasi hidrolisis sukrosa dapat dilakukan dengan uji Benedict yaitu dengan perlakuan 5 ml sukrosa 1% ditambah dengan 5 ml HCl pekat dan pemanasan selama 30 menit maka diperoleh hasil larutan berwarna kuning bening dan terdapat gelembung.
2. Identifikasi hasil hidrolisis amilum (pati) dapat dilakukan dengan uji iodium dengan perlakuan 5 ml amilum 1 % ditambah 2,5 ml HCL 2 N dan dilakukan pemanasan maka diperoleh hasil hasil hidrolisis yang bersifat basa denga pH 11 dengan warna hasil uji iodium adalah biru bening.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN :
1. Apa kegunaan uji Benedict, Seliwanof dan barfoed dalam percobaan hidrolisis sukrosa ini ?
2. Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis pati tlah sempurna ?
3. Mengapa larutan hasil hidrlisis harus dinetralkan terlebih dahulu ?
JAWABAN :
1. Uji benedict dalam uji sukrosa adalah sebagai bahan pelarut dan membandingkan hasil atau warna dari hidrolisis sukrosa.
Uji seliwanof adalah untuk mengetahui bahwa sukrosa pati (amilum) adalah positif, dimana sebelum dihidrolisis memberikan hasil negative.
Uji barfoed adalah untukmengetahui bahwa hasil uji sukrosa dan pati menghasilkan glukosa.
2. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan bahwa lrutan telah berwarna kuning pucat dan pH lebih dari 7 atau basa.
3. Agar hasil setelah yang dinetralkan dapat di ukur dengan kertas lakmus dan mendapatkan hasil yang sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin.
Martoharsono, Soeharsono. 1998. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Yogyakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah Mada.
Miswar et al, 2007. Uji Kualitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat I dan II’. Jakarta : Laboratorium Kimia Universitas Nasional.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar. Makassar : Lembah Harapan Press.
Poedjiadi, Anna., F.M. Titin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Indonesia University Press.
Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Biokimia. Jakarta : Buku Kedoktern EGC.
Septiani Y., Purwoko T., Pangastuti A. 2004. Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Tumbuh-tumbuhan. Surakarta : Bioteknologi.
Suhartono. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-hidrolisis.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara.Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi (Patong, 2012).
Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati umumnya berbentuk granula dengan diameter beberapa mikron.Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan pada bagian umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada asal pati tersebut, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50–60% dan pati yang berasal dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno, 2002).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
2. Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O) dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa. Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara. Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida. Ada dua jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati. Polisakarida non pati merupakan sumber utama serat makananKarbohidrat terbagi menjadi beberapa bagian menurut panjang rantai karbonnya. Monosakarida, disakarida dan polisakarida. Contoh dari monosakarida adalah sukrosa. Sukrosa merupakan produksi akhir asimilasi karbon (C) pada proses fotosintesis yang terjadi di daun dan bentuk karbohidrat yang mudah ditransportasikan ke jaringan simpan atau sink tissues. Selain berfungsi dalam penyediaan energi dan kerangka karbon, sukrosa juga berperan dalam pengaturan ekspresi gen lainnya (Miswar et al, 2007).
Beberapa fungsi karbohidrat antara lain, sebagai sumber energi, melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil energi, membantu metabolisme lemak dan protein untuk mencegah terjadinya pemecahan protein secara berlebih, serta untuk melancarkan pencernaan. Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat akan menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid (Martoharsono, 1998).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa menyusui (Poedjiadi dkk, 1994).
Pati merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut yang tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin pada umumnya ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksiterutama dalam bentuk glukosa diperoleh dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat pada kapang Rhizopus. Selain dari pati, glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani, 2004).
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan) dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan kitin pada hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat. Karbohidrat yang dibangun oleh polihdroksi dan gugus aldehid disebut dengan aldosa, sedangkan yang disusun oleh polihidroksi dan gugus keton dikenal dengan ketosa (Suhartono, 1989).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Larutan Sukrosa 1%
Penjepit tabung reaksi HCl pekat
Rak tabung reaksi Larutan Iodium
Pipet ukur Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi NaOH 2%
Kertas lakmus HCl 2 N
Alat Pemanas Larutan amilum 1%
3.2 Cara Kerja
A. Hidrolisis Sukrosa
1. Memasukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam tabung reaksi dan menambahkan 5 ml HCl pekat.
2. Mencampurkan dengan baik lalu memanaskan dalam penangas air selama 30 menit.
3. Setelah mendinginkan, menetralkan dangan NaOH 2% dan menguji dengan kertas lakmus.
4. Selanjutnya menguji dengan Benedict.
5. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa.
B. Hidrolisis Pati
1. Memasukkan kedalam tabung reaksi 5 ml almilum 1%, kemudian menambahkan 2,5 ml HCl.
2. Mencampurkan dengan baik, lalu memanaskan dalam penangas air mendidih.
3. Setelah 3 menit, menguji dengan iodium dengan mengambil 2 tetes larutan menambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes. Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4. Melakukan uji iodium selama 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat.
5. Melanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.
6. Setelah mendinginkan ambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu menetralkan dengan NaOH 2%. Menguji dengan kertas lakmus.
7. Kemudian menguji dengan Benedict.
8. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Hidrolisis Sukrosa
Perlakuan
|
Uji
|
Hasil Uji
|
5 ml sukrosa 1%
+ 5 ml HCl pekat
+ Pemanasan 30 menit
|
Benedict
|
Terdapat gelembung perubahan warna dari
orange menjadi kuning bening.
|
B. Hidrolisis Pati
Perlakuan
|
Hidrolisis
(menit)
|
Hasil Uji Iodium
|
Hasil Hidrolisis
|
5 ml amilum 1%
+ 2,5 ml HCl 2 N
+ Pemanasan
|
3
|
Ada endapan berwarna biru
|
Kertas lakmus menjadi biru dengan pH 11
|
6
|
Warna larutan biru
|
pH 11 dan larutan menjadi biru bening
|
|
9
|
Tidak dilakukan
|
|
|
12
|
Tidak dilakukan
|
|
|
15
|
Tidak dilakukan
|
|
|
18
|
Tidak dilakukan
|
|
|
21
|
Tidak dilakukan
|
|
Hasil akhir dengan uji benedict : tidak dapat
dilakukan karena larutan iodium habis
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Hidrolisis Karbohidrat dengan tujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati). Hidrolisis karbohidrat adalah reaksi kimia yang memecahkan molekul air menjadi kation hidrogen sehingga dapat memecahkan polimer karbohidrat. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat yaitu tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, sikat tabung reaksi, kertas lakmus dan alat pemanas sedangkan bahan yaitu larutan sukrosa 1%, HCl pekat, larutan iodium, pereaksi benedict, NaOH 2%, HCl 2 N serta larutan amilum 1%. Pada praktikum ini ada kekurangan pada uji hidrolisis pati dikarenakan bahan laritan iodium habis sehingga ada sebagian percobaan yang tidak bisa dilaksanakan. Praktikan melakukan percobaan dengan berkelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan oleh pembimbing praktikum dimana praktikum ini melakukan 2 (dua) percobaan untuk dapat menjawab tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan hidrolisis sukrosa dimana praktikan memasukkan 5 ml sukrosa 1% kedalam tabung reaksi dan menambahkan 5 ml HCl pekat yang kemudian praktikan mencampur dengan baik supaya larutan homogen sehingga dapat dilakukan pemanasan dalam penangas air selamat 30 menit. Setelah dilakukan pemanasan maka larutan didinginkan dan menetralkan larutan dengan NaOH 2% yang selanjutnya diuji dengan benedict sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji benedict menunjukkan adanya gelembung dan perubahan warna dari yang sebelumnya adalah orange brubah menjadi kuning bening. Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini ternyata tidak sesuai dengan literatur yang telah saya temukan dari (Rukmini, 2008) yang mengatakan gula pereduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam indikator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk dalam gula pereduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa. Perbedaan hasil uji kami dengan pernyataan pada literatur dapat terjadi dikarenakan kemungkinan kesalahan pada saat melakukan percobaan tersebut.
Untuk hasil praktikum hidrolisis pati yaitu dengan mencampur 5 ml amilum 1% dengan 2,5ml HCl kemudian mencampurnya dengan baik, lalu memanaskan kemudian mengujinya setiap 3 menit sampai menit ke-21 dengan Iodium dengan mengambil 2 tetes larutan dan menambahkan 2 tetes Iodium dalam porselin tetes hingga menit ke-21. Dalam percobaan ini kami tidak dapat melakukan uji iodium hingga menit ke-21 dikarenakan bahan larutan iodiumnya habis. Kami hanya bisa melakukan percobaan hingga menit keenam yang menunjukkan hasil uji iodium ialah adanya endapan dan larutan berwarna biru, serta hasil hidrolisisnya ialah kertas lakmus berwarna biru dengan pH kisaran 11 dan larutan menjadi biru bening. Menurut Lehninger (1982) hidrolisis pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan dibentuk amilodeksterin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin yang memberi warna merah dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk akroodekstrin, maltosa, dan glukosa yang tidak memberi warna dengan iodium. Jadi, hasil praktikum yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori, kemungkinan besar perbedaan ini terjadi karena berbedanya jenis pati yang digunakan dan kemungkinan ada kesalahan dalam penentuan warna.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Identifikasi hidrolisis sukrosa dapat dilakukan dengan uji Benedict yaitu dengan perlakuan 5 ml sukrosa 1% ditambah dengan 5 ml HCl pekat dan pemanasan selama 30 menit maka diperoleh hasil larutan berwarna kuning bening dan terdapat gelembung.
2. Identifikasi hasil hidrolisis amilum (pati) dapat dilakukan dengan uji iodium dengan perlakuan 5 ml amilum 1 % ditambah 2,5 ml HCL 2 N dan dilakukan pemanasan maka diperoleh hasil hasil hidrolisis yang bersifat basa denga pH 11 dengan warna hasil uji iodium adalah biru bening.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN :
1. Apa kegunaan uji Benedict, Seliwanof dan barfoed dalam percobaan hidrolisis sukrosa ini ?
2. Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis pati tlah sempurna ?
3. Mengapa larutan hasil hidrlisis harus dinetralkan terlebih dahulu ?
JAWABAN :
1. Uji benedict dalam uji sukrosa adalah sebagai bahan pelarut dan membandingkan hasil atau warna dari hidrolisis sukrosa.
Uji seliwanof adalah untuk mengetahui bahwa sukrosa pati (amilum) adalah positif, dimana sebelum dihidrolisis memberikan hasil negative.
Uji barfoed adalah untukmengetahui bahwa hasil uji sukrosa dan pati menghasilkan glukosa.
2. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan bahwa lrutan telah berwarna kuning pucat dan pH lebih dari 7 atau basa.
3. Agar hasil setelah yang dinetralkan dapat di ukur dengan kertas lakmus dan mendapatkan hasil yang sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin.
Martoharsono, Soeharsono. 1998. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Yogyakarta : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah Mada.
Miswar et al, 2007. Uji Kualitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat I dan II’. Jakarta : Laboratorium Kimia Universitas Nasional.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar. Makassar : Lembah Harapan Press.
Poedjiadi, Anna., F.M. Titin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Indonesia University Press.
Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Biokimia. Jakarta : Buku Kedoktern EGC.
Septiani Y., Purwoko T., Pangastuti A. 2004. Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Tumbuh-tumbuhan. Surakarta : Bioteknologi.
Suhartono. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-hidrolisis.html
0 Response to "Laporan Praktikum Biokimia Hidrolisis Karbohidrat "
Post a Comment