Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Karbohidrat
Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Karbohidrat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat bersama seyawa lemak dan protein memegang peranan dasar bagi kehidupan di bumi. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dalam sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan. Selain itu karbohiidrat juga menjadi komponen stuktur penting pada mahluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektim, derta lignin. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.
Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72% jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti AmerikaSerikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram.
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2. Membedakan antara monosakarida dan disakarida.
3. Membuktikan adanya polisakarida.
4. Membuktikan adanya gula pereduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (kata ”sakarida” diturunkan dari bahasa Yunani yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak dialam adalah D-glukosa 6 karbon. Oligosakarida (bahasa Yunani, ”oligos” yang berarti sedikit) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai sampai polipeptida pada glikoprotein dan proteoglikan. Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida, seperti selulosa, mempunyai rantai kinear, sedangkan yang lain, seperti glikogen, mempunyai rantai bercabang. Polisakarida yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang D-glukosa, teta[i senyawa-senyawa ini berbeda dalam hal cara unit D-glukosa dikaitka datu dengan yang lain (Lehninger, 1982).
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O, dengan perbandingan 1: 2 : 1. Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural dan metabolik, sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum dan selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung pada tumbuhan (Suhara, 2008).
Monosakarida memiliki beberapa jenis yaitu glukosa, merupakan suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstroksa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan, glukosa terdapat pada buah-buahan, madu lebah, dalam darah manusia. Didalam dunia perdagangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam. Monosakarida lainnya adalah fruktosa, fruktosa terdapat pada madu lebah. Fruktosa merupakan suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar kekiri dan karenanya disebut levulosa. Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan glukosa dan sukrosa. Monosakarida yang jarang terdapat bebas didalam adalah galaktosa, yang umumnya berikatan dengan galaktosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak bersifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Ronditasyah, 2009).
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray dkk, 2009).
Uji Molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (Adisendjaja, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Pereaksi Molisch
Penjepit tabung reaksi H2SO4 pekat
Rak tabung reaksi Larutan Iodium
Pipet tetes Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi Pereaksi Millon
Pengatur waktu Larutan uji (Amilum, Sukrosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, Glukosa, Arabinosa) masing- masing konsentrasi 1%.
3.2 Cara Kerja
A. Uji Molisch
1. Memasukkan 15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Mengaduk sampai homogen.
3. Memiringkan tabung reaksi, lalu mengalirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung agae tidak tercampur.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan.
B. Uji Iodium
1. Memasukkan 3 tetes larutan uji ke dalamtabung reaksi.
2. Menambahkan 2 tetes larutan Iodium.
3. Mengamati warna spesifik yang terbentuk.
C. Uji Benedict
1. Memasukkan 5 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi dan 15 tetes pereaksi Benedict. Mencampurkan dengan baik.
2. Mendidihkan diatas api kecil selama 2 menit.
3. Mendinginkan perlahan-lahan.
4. Memperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
Reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehijauan,
kuning atau warna bata, tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada.
BAB V
PEMBAHASAN
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
Oleh karena itu diadakanlah percobaan mengidentifikasi karbohidrat ini. Dalam praktikum identifikasi karbohidrat ini dilakukan beberapa uji yaitu uji molisch, uji iodium dan uji benedict. Dimana, bahan yang digunakan dalam hal ini adalah amilum, sukrosa, fruktosa, laktosa, maltosa, glukosa dan arabinosa.
Pada percobaan uji molisch, kami mendapatkan hasil bahwa yang positif mengandung karbohidrat ialah larutan laktosa, fruktosa dan arabinosa karena ketiga larutan tersebut membentuk secara jelas cincin berwarna ungu pada pembatas antara kedua lapisan larutan. Menurut literatur, larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan alfa-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish membentuk cincin berwarna ungu pada larutan glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa lebih banyak karena merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural. Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji molish, hasilnya (fulfural) mengalami sulfonasi dengan alfa naftol dan memberikan senyawa berwarna ungu kompleks (Chang R, 2006). Dan hal ini tidak terbukti pada percobaan yang telah kami lakukan, karena tidak semua bahan-bahan (larutan karbohidrat) yang kami uji memberikan reaksi yang sesuai (sama) dengan prinsip tersebut. Dimana hanya larutan laktosa, fruktosa dan arabinosa saja yang memberikan reaksi berupa warna ungu kompleks. Hal ini mungkin disebabkan oleh kepekatan larutan uji dan kepekatan larutan pereaksi yang tidak sesuai atau pun disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam melakukan uji molisch ini.
Pada percobaan uji iodium, kami mendapatkan hasil bahwa hanya larutan amilum, sukrosa dan laktosa saja yang positif mengandung karbohidrat karena ketiga larutan ini mengalami perubahan warna menjadi keruh dan terbentuknya cincin di permukaan larutan setelah ditambahkannya laruta iodium. Menurut literatur (Hala, 2009) diterangkan bahwa reaksi positif iodium ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Ikatan antara pati dan iodium ini belum diketahui dengan jelas, ada teori yang menyebutkan bahwa terbentuk kompleks adsorpsi pati-iodium, ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa pati iodium membentuk suatu senyawa. Perbedaan antara hasil uji yang kami lakukan dengan yag ada pada literatur di perkirakan dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan uji tersebut.
Pada percobaan uji benedict, kami mendapatkan hasil bahwa hanya larutan laktosa berubah warna menjadi merah bata, larutan maltosa berubah warna menjadi biru kehijauan, larutan fruktosa berubah warna menjadi merah bata dan larutan arabinosa berubah warna menjadi biru kehijauan. Perubahan warna tersebut terjadi setelah larutan uji ditetesi larutan pereaksi benedict dan dididihkan di atas api kecil selama 2 menit. Menurut literatur, pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi (Imamkhasani, 2000). Hasil berbeda ditemukan pada arabinosa yang menunjukkan hasil positif sedangkan pada literatur seharusnya negative, sedangkan pada glukosa menunjukkan hasil negative karena tidak adanya perubahan warna pada saat percobaan padahal semestinya menurut literatur hasilnya adalah positif. Perbedaan antara hasil percobaan yang kami telah lakukan dengan hasil menurut literatur ini bisa jadi dikarenakan kesalahan pada saat melakukan percobaan dan kelalaian pada saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dapat dilihat dari terbentuknya warna ungu pada larutan uji molisch pada bahan Amilum 1% menunjukan bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat.
2. Monosakarida ditandai jika pada Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Sedangkan untuk membedakan larutan di sakarida di tandai dengan terbentuknya larutan yang berwarna biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
3. Untuk membuktikan adanya polisakarida di tandai dengan terbentuknya warna biru tua pada bahan praktikum yang diamati.
4. Untuk membuktikan adanya gula pereduksi dilakukan dengan pengujian uji benedict yang di tandai dengan adanya endapan warna biru kehijauan, kuning atau merah bata, tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada.
6.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, alat-alat yang paling sering digunakan misalnya pipet tetes di perbanyak jumlahnya agar tidak saling rebutan antar kelompok pada saat ingin menggunakannya, sehingga waktu yang telah disediakan dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, agar data yang diperoleh lebih akurat.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Mengapa uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat ?
2. Pada percobaan uji Benedict manakah yang menunjukkan hasil negatif ? Mengapa ?
3. Jelaskan jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi !
JAWABAN :
1. Karena tidak ada perbedaan warna dari larutan sehingga tidak dapat mengetahui kadar / tingkat karbohidrat yang dikandung pada sampel.
2. Pada literatur, yang menunjukkan hasil negatif adalah amilum, hal ini terjadi karena pada uji benedict reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehujauan, kuning atau merah bata, tergantung pada gula pereduksi yang ada, namun pada amilum tidak terjadi perubahan warna, hanya terbentuk warna biru saja, sehingga tidak bisa dikatakan uji positif.
3. Bahan lain yang dapat membuktikan adanya gula pereduksi adalah uji fehling dan uji tollens karena, memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa manis dari gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Sifat mereduksi kedua pereaksi ini disebabkan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Adisendjaja, Y dkk. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Chang R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hala, Yusminah. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia Dasar. Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Imamkhasani. 2000. Biokimia. Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI Press.
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Kedokteran EGC.
Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ronditasyah, 2009. Analisis Makanan. Jogjakarta : Gadja Mada University Press.
Suhara, 2008. Dasar – Dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-identifikasi.html
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat bersama seyawa lemak dan protein memegang peranan dasar bagi kehidupan di bumi. Karbohidrat merupakan bahan makanan penting dalam sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan. Selain itu karbohiidrat juga menjadi komponen stuktur penting pada mahluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pektim, derta lignin. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh.
Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72% jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara maju seperti AmerikaSerikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram.
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan.
2. Membedakan antara monosakarida dan disakarida.
3. Membuktikan adanya polisakarida.
4. Membuktikan adanya gula pereduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat : monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (kata ”sakarida” diturunkan dari bahasa Yunani yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak dialam adalah D-glukosa 6 karbon. Oligosakarida (bahasa Yunani, ”oligos” yang berarti sedikit) terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit tidak terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai sampai polipeptida pada glikoprotein dan proteoglikan. Polisakarida terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida, seperti selulosa, mempunyai rantai kinear, sedangkan yang lain, seperti glikogen, mempunyai rantai bercabang. Polisakarida yang paling banyak dijumpai pada dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang D-glukosa, teta[i senyawa-senyawa ini berbeda dalam hal cara unit D-glukosa dikaitka datu dengan yang lain (Lehninger, 1982).
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O, dengan perbandingan 1: 2 : 1. Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural dan metabolik, sedangkan pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum dan selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung pada tumbuhan (Suhara, 2008).
Monosakarida memiliki beberapa jenis yaitu glukosa, merupakan suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstroksa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan, glukosa terdapat pada buah-buahan, madu lebah, dalam darah manusia. Didalam dunia perdagangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat pekat, sehingga mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa ini diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam. Monosakarida lainnya adalah fruktosa, fruktosa terdapat pada madu lebah. Fruktosa merupakan suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar kekiri dan karenanya disebut levulosa. Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan glukosa dan sukrosa. Monosakarida yang jarang terdapat bebas didalam adalah galaktosa, yang umumnya berikatan dengan galaktosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa manis dan tidak bersifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di antaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Ronditasyah, 2009).
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia (Murray dkk, 2009).
Uji Molish adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molish, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (Adisendjaja, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat : Tabung reaksi Bahan : Pereaksi Molisch
Penjepit tabung reaksi H2SO4 pekat
Rak tabung reaksi Larutan Iodium
Pipet tetes Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi Pereaksi Millon
Pengatur waktu Larutan uji (Amilum, Sukrosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, Glukosa, Arabinosa) masing- masing konsentrasi 1%.
3.2 Cara Kerja
A. Uji Molisch
1. Memasukkan 15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Mengaduk sampai homogen.
3. Memiringkan tabung reaksi, lalu mengalirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung agae tidak tercampur.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan.
B. Uji Iodium
1. Memasukkan 3 tetes larutan uji ke dalamtabung reaksi.
2. Menambahkan 2 tetes larutan Iodium.
3. Mengamati warna spesifik yang terbentuk.
C. Uji Benedict
1. Memasukkan 5 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi dan 15 tetes pereaksi Benedict. Mencampurkan dengan baik.
2. Mendidihkan diatas api kecil selama 2 menit.
3. Mendinginkan perlahan-lahan.
4. Memperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
Reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehijauan,
kuning atau warna bata, tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Uji
Molisch
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Sukrosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Laktosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Fruktosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
Glukosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
B.
Uji
Iodium
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Sedikit keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Sukrosa 1%
|
Sedikit keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Laktosa 1%
|
Agak keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Fruktosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Glukosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
C.
Uji
Benedict
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Sukrosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Laktosa 1%
|
Berubah menjadi merah bata
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Terdapat perubahan walaupun sedikit menjadi biru
kehijauan
|
(+)
|
Fruktosa 1%
|
Berubah menjadi merah bata
|
(+)
|
Glukosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Terjadi perubahan menjadi biru kehijauan
|
(+)
|
PEMBAHASAN
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa monosakarida).
Oleh karena itu diadakanlah percobaan mengidentifikasi karbohidrat ini. Dalam praktikum identifikasi karbohidrat ini dilakukan beberapa uji yaitu uji molisch, uji iodium dan uji benedict. Dimana, bahan yang digunakan dalam hal ini adalah amilum, sukrosa, fruktosa, laktosa, maltosa, glukosa dan arabinosa.
Pada percobaan uji molisch, kami mendapatkan hasil bahwa yang positif mengandung karbohidrat ialah larutan laktosa, fruktosa dan arabinosa karena ketiga larutan tersebut membentuk secara jelas cincin berwarna ungu pada pembatas antara kedua lapisan larutan. Menurut literatur, larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan alfa-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish membentuk cincin berwarna ungu pada larutan glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa lebih banyak karena merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural. Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji molish, hasilnya (fulfural) mengalami sulfonasi dengan alfa naftol dan memberikan senyawa berwarna ungu kompleks (Chang R, 2006). Dan hal ini tidak terbukti pada percobaan yang telah kami lakukan, karena tidak semua bahan-bahan (larutan karbohidrat) yang kami uji memberikan reaksi yang sesuai (sama) dengan prinsip tersebut. Dimana hanya larutan laktosa, fruktosa dan arabinosa saja yang memberikan reaksi berupa warna ungu kompleks. Hal ini mungkin disebabkan oleh kepekatan larutan uji dan kepekatan larutan pereaksi yang tidak sesuai atau pun disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam melakukan uji molisch ini.
Pada percobaan uji iodium, kami mendapatkan hasil bahwa hanya larutan amilum, sukrosa dan laktosa saja yang positif mengandung karbohidrat karena ketiga larutan ini mengalami perubahan warna menjadi keruh dan terbentuknya cincin di permukaan larutan setelah ditambahkannya laruta iodium. Menurut literatur (Hala, 2009) diterangkan bahwa reaksi positif iodium ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Ikatan antara pati dan iodium ini belum diketahui dengan jelas, ada teori yang menyebutkan bahwa terbentuk kompleks adsorpsi pati-iodium, ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa pati iodium membentuk suatu senyawa. Perbedaan antara hasil uji yang kami lakukan dengan yag ada pada literatur di perkirakan dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan uji tersebut.
Pada percobaan uji benedict, kami mendapatkan hasil bahwa hanya larutan laktosa berubah warna menjadi merah bata, larutan maltosa berubah warna menjadi biru kehijauan, larutan fruktosa berubah warna menjadi merah bata dan larutan arabinosa berubah warna menjadi biru kehijauan. Perubahan warna tersebut terjadi setelah larutan uji ditetesi larutan pereaksi benedict dan dididihkan di atas api kecil selama 2 menit. Menurut literatur, pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi (Imamkhasani, 2000). Hasil berbeda ditemukan pada arabinosa yang menunjukkan hasil positif sedangkan pada literatur seharusnya negative, sedangkan pada glukosa menunjukkan hasil negative karena tidak adanya perubahan warna pada saat percobaan padahal semestinya menurut literatur hasilnya adalah positif. Perbedaan antara hasil percobaan yang kami telah lakukan dengan hasil menurut literatur ini bisa jadi dikarenakan kesalahan pada saat melakukan percobaan dan kelalaian pada saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dapat dilihat dari terbentuknya warna ungu pada larutan uji molisch pada bahan Amilum 1% menunjukan bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat.
2. Monosakarida ditandai jika pada Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk senyawa berwarna biru. Sedangkan untuk membedakan larutan di sakarida di tandai dengan terbentuknya larutan yang berwarna biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan bila didihkan cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
3. Untuk membuktikan adanya polisakarida di tandai dengan terbentuknya warna biru tua pada bahan praktikum yang diamati.
4. Untuk membuktikan adanya gula pereduksi dilakukan dengan pengujian uji benedict yang di tandai dengan adanya endapan warna biru kehijauan, kuning atau merah bata, tergantung pada kadar gula pereduksi yang ada.
6.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan praktikum, alat-alat yang paling sering digunakan misalnya pipet tetes di perbanyak jumlahnya agar tidak saling rebutan antar kelompok pada saat ingin menggunakannya, sehingga waktu yang telah disediakan dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, agar data yang diperoleh lebih akurat.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Mengapa uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat ?
2. Pada percobaan uji Benedict manakah yang menunjukkan hasil negatif ? Mengapa ?
3. Jelaskan jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi !
JAWABAN :
1. Karena tidak ada perbedaan warna dari larutan sehingga tidak dapat mengetahui kadar / tingkat karbohidrat yang dikandung pada sampel.
2. Pada literatur, yang menunjukkan hasil negatif adalah amilum, hal ini terjadi karena pada uji benedict reaksi positif ditandai dengan timbulnya endapan warna biru kehujauan, kuning atau merah bata, tergantung pada gula pereduksi yang ada, namun pada amilum tidak terjadi perubahan warna, hanya terbentuk warna biru saja, sehingga tidak bisa dikatakan uji positif.
3. Bahan lain yang dapat membuktikan adanya gula pereduksi adalah uji fehling dan uji tollens karena, memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa manis dari gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Sifat mereduksi kedua pereaksi ini disebabkan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Adisendjaja, Y dkk. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Chang R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hala, Yusminah. 2009. Penuntun Praktikum Biokimia Dasar. Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Imamkhasani. 2000. Biokimia. Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI Press.
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar : Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas Hasanuddin.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Kedokteran EGC.
Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ronditasyah, 2009. Analisis Makanan. Jogjakarta : Gadja Mada University Press.
Suhara, 2008. Dasar – Dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press.
http://elizauniversitasbengkulu.blogspot.com/2017/01/laporan-praktikum-biokimia-identifikasi.html
0 Response to "Laporan Praktikum Biokimia Identifikasi Karbohidrat"
Post a Comment